Introjection
Penulis: Rio Dwisandy Pada bahasan pada artikel sebelumnya yakni berjudul “Menyentuh rasa” (Touch The Feeling), dan saat ini, saya akan membahas poin kedua atau poin lanjutan dari dasar atau asal bagaimana seorang fotografer dapat ‘menampilkan’ sebuah karya. Kalau kita melihat judul dari tulisan saat ini adalah introjections kalau kita ‘pecah’ menjadi intro (awal atau waktu sebelum terjadinya sesuatu) dan jection (suntikan, masukan atau bahasa lainnya dari input). Apabila dilihat dari etimologi tersebut maka kita dapat mengerti bahwa seorang fotografer haruslah tahu apa yang akan dilakukan pada obyek sebelum difoto. John Sexton dalam salah satu bukunya yang berjudul “Dengarlah pepohonan” dapat menjelaskan bagaimana seorang fotografer mengadakan pendekatan dengan obyek-obyek. Introjection tidaklah sama dengan projection. Lihat dan dengarkan, biarkan obyek melihat dan bicara kepadamu untuk mengungkapkan kehadiran dan esensinya. Artinya (perbedaannya) kalau projection, berasal dari