Posts

Introjection

Image
Penulis: Rio Dwisandy Pada bahasan pada artikel sebelumnya yakni berjudul “Menyentuh rasa” (Touch The Feeling), dan saat ini, saya akan membahas poin kedua atau poin lanjutan dari dasar atau asal bagaimana seorang fotografer dapat ‘menampilkan’ sebuah karya. Kalau kita melihat judul dari tulisan saat ini adalah introjections kalau kita ‘pecah’ menjadi intro (awal atau waktu sebelum terjadinya sesuatu) dan jection (suntikan, masukan atau bahasa lainnya dari input). Apabila dilihat dari etimologi tersebut maka kita dapat mengerti bahwa seorang fotografer haruslah tahu apa yang akan dilakukan pada obyek sebelum difoto. John Sexton dalam salah satu bukunya yang berjudul “Dengarlah pepohonan” dapat menjelaskan bagaimana seorang fotografer mengadakan pendekatan dengan obyek-obyek. Introjection tidaklah sama dengan projection. Lihat dan dengarkan, biarkan obyek melihat dan bicara kepadamu untuk mengungkapkan kehadiran dan esensinya. Artinya (perbedaannya) kalau projection, berasal dari

Sekilas Bedah Karya : Gary Fernandez.net

Image
Penulis: Rio Dwisandy Luar biasa. Adalah tanggapan saya akan seorang Gary Fernandez.Seorang seniman yang memiliki karakter yang kuat dalam karya-karyanya. Permainan efek gelap terang atau gradasi high light ke dark menjadi ciri khas dalam pembuatan karya 3 Dimensi. Permainan gradasi cahaya sehingga beberapa bidang terlihat seperti sebuah kaca/bidang licin yang memiliki daya pantulan yang baik. Dan  ciri itulah yang menjadi kekuatan Gary dalam mebuat karya-karyanya. Halaman portal bukanlah saya gunakan untuk ‘mencuri’ karya orang lain. Akan tetapi halaman portal digunakan sebagai data pembanding dalam membuat sebuah karya baru. Sebenarnya saya rindu untuk menulis bagaimana cara membedah sebuah karya, akan tetapi saya lebih rindu untuk mengajak teman-teman pembaca melihat dan membedah secara mandiri, apa yang ingin disampaikan oleh seorang Gary Fernandez dalam karya-karyanya sehingga otak kita diajak untuk bekerja. ‘Pisau’ untuk membedah sebuah karya memang sangat b

Kajian Dasar Seni dan Desain: Touch The Feeling

Image
Penulis: Rio Dwisandy Saya ingat dengan jelas ketika saya masih dalam proses awal belajar fotografi, begitu banyak teman-teman yang memberi masukan kepada saya. Rasa terimakasih saya tidak pernah terlupakan dan selalu menggema di telinga dan hati saya. Sebagai ucapan terimakasih, saya ingin memberi masukan kepada calon fotografer masa kini lewat tulisan ini. Masukkan yang dihasilkan dari telaah fotografi (data yang berdasar fakta) serta pencarian dari beberapa literatur yang saya dapatkan dari beberapa kampus yang ada di Indonesia. Kali ini saya ingin memberi masukan mengenai dasar atau asal bagaimana seorang fotografer dapat ‘menampilkan’ sebuah karya. Dalam buku Perception and Imaging karya Richard Zakia halaman 208, ada 3 asal muasal bagaimana fotografer dalam menampilkan sebuah karya. Saya tidak ingin membedah ketiganya secara sekaligus, akan tetapi satu persatu. Supaya dapat memudahkan calon fotografer dalam proses pembelajaran awal. Asal muasal yang pertama adalah PROJ

A Road To The House

Image
Penulis: Rio Dwisandy Seringkali kami temui dengan budget yang terbatas sebuah perusahaan baru belum dapat memahami bagaimana ‘memainkan’ atau menjalankan media promosi dengan baik. ‘Hantam kromo’ adalah tindakan yang sering kami jumpai. Padahal dengan perhitungan yang matang dan terencana, sebuah perusahaan akan menekan budget, efesiensi kerja, efektif serta memiliki sistem (dasar) yang baik dalam membangun. (Bagi perusahaan baru) Dalam sudut pandang Marketing (yang efektif), Sosial Media idealnya menjadi ujung tombak awal / dasar dalam mempertontonkan‘wajah’ perusahaan. Jadi keberhasilan ‘memainkan’ sosial media adalah titik awal yang baik dalam membentuk market. Jika anda tertarik untuk mengikuti perkembangan studio kami dan ingin mendapatkan info-info terbaru dari kami, ikuti media sosial kami di bawah ini: Fanpage :  Rio Dwisandy Studio Twitter:  RioDStudio Instagram (Foto & Video):  riodwisandybrandingstudio Instagram (Desain):  riodwisandydesi

Mengapa Bisnis Harus Menggunakan Jejaring Visualisasi

Image
Penulis: Rio Dwisandy Di Indonesia beberapa jejaring visual seperti Instagram dan Pinterest tidak banyak digunakan oleh banyak perusahaan-perusahaan. Instagram dan Pinterest kebanyakan digunakan oleh pribadi atau ajang promosi perusahaan yang berkaitan langsung seperti perusahaan jasa fotografi, videografi dan beberapa perusahaan yang terkait lain. Akan tetapi ternyata penyataan Sharad Verma (CEO Piqora)mengatakan hal yang berbeda. Seharusnya perusahaan-perusahaan menggunakan situs-situs ini sebagai jembatan promosi. Saya membaca dengan teliti tulisan atau bedahan Sharad Verma lalu saya mencoba menganalisa dan membuktikan lewat fakta-fakta yang terjadi. Ternyata apa yang diungkapkan oleh Sharad Verma memang kuat. Alasan pertama adalah dasar jaringan atau komunitas. Kita tidak dapat memungkiri bahwa komunitas pencinta  image  atau gambar (gambar bisa berupa foto, sketsa tangan/ilustrasi dan seni gambar lainnya) sangat banyak sekali. Sehingga jejaring ini bisa digunakan untuk

Layak atau Tidak Layak “Pay to Boost Your Posts on Facebook” ?

Image
Penulis: Rio Dwisandy Baru kurang lebih 2 bulan lalu saya ‘bermain’ fan page facebook atas usulan seorang teman saya. Ada hal menarik yang sedikit ‘menggerakkan’ pikiran saya untuk mengetahui lebih dalam yakni  Pay to Boost Your Posts on Facebook  (membayar untuk meningkatkan jumlah ‘pelihat’ postingan anda). Akhirnya saya terus bergerak mencari literature mengenai pergerakkan system marketing online yang ditawarkan oleh facebook. Dan saya mendapatkan sebuah pengalaman dari seorang marketing (beliau tinggal di sebuah kota besar di Amerika bernama New York). Orang ini bernama Anne. Awalnya Anne menggunakan facebook sebagai media pribadi untuk berhubungan dengan saudara-saudarinya. Selain itu dia juga mencoba untuk mendistribusikan blog yang dia miliki lewat halaman bisnisnya. Lalu Anne tergugah juga untuk mencoba system boosting (fan page facebook) karena dipikirnya adalah dia tidak selalu aktif di depan facebook dan mengoperasikan fan page itu setiap jam dan setiap hari. Akhir

7 hal baik dan 7 hal buruk Dalam Meng-Update Status LinkedIn

Image
Penulis: Rio Dwisandy Pada hitungan Romawi angka 10 merupakan angka yang sempurna. Akan tetapi dalam proses penciptaan maka angka 7 adalah angka sempurna. Dimana Sang Pencipta ‘bekerja’ dalam 6 hari dan 1 hari untuk ‘berhenti sejenak’. Itu sebabnya beberapa orang melihat angka tujuh ini merupakan angka sempurna. Dan dalam pembahasan inipun ada 7 hal baik dan 7 hal buruk yang harus dilakukan dalam meng-update status LinkedIn. 7 hal baik yang anda harus lakukan adalah: Berbagi link (menggunakan alamat URL) ke artikel menarik, website atau video yang anda telah temukan sehingga orang lain juga dapat belar dari link tersebut. Jangan khawatir tentang apakah semua koneksi anda akan menemukan informasi sama-sama berharga lalu tidak membagikan kepada anda. Karena ketika anda memberi maka energi anda untuk mendapatkan hal yang baru lebih besar. Mengajukan pertanyaan yang dapat menyebabkan memecahkan masalah yang anda miliki, seperti: ” Ada yang tahu kandidat stock controler yang bai