Belajar dari seorang Steve Jobs (Lakukan Apa yang Anda Sukai dan Cintai Apa yang Anda Kerjakan)



Penulis: Rio Dwisandy

Tidak sedikit para penulis yang membedah makna kalimat ‘hebat’ yang di ucapkan oleh seorang Steve Jobs yakni “stay hungry, Stay foolish”. Dan tidak sedikit pula orang di dunia yang ketika hari kematian Steve menyampaikan pesan belasungkawanya dan diikuti oleh kalimat tersebut. Kalimat yang dapat ‘memacu’ banyak orang untuk terus maju. Kalimat tersebut, saya dapatkan ketika Steve berpidato di Stanford University. Akan tetapi kali ini saya tidak ingin membedah kalimat tersebut.
Ada hal lain yang saya belajar dari seorang Steve ketika dia berbicara atau berpidato di Stanford, terutama ketika dia mengatakan tentang kesehatan dirinya yang terserang tumor pada pankreasnya. Seorang Steve adalah seorang yang berhasil dari banyak segi. Dari segi sejarah, peran serta terhadap masyarakat dunia, kekayaan dan lain sebagainya. Tapi sekali lagi, semua itu tidak bisa membayar takdir bahwa manusia akan kembali kepada Sang Penciptanya. Akan tetapi ketika dia terserang penyakit tersebut, dia sangat tenang mengatakannya bahkan masih tetap bercanda dengan dosen dan mahasiswa yang ada pada kampus tersebut. Padahal kalau manusia yang ‘lupa’ akan takdir Sang Pencipta, mungkin dia akan menyesalinya, karena dia akan kehilangan kenikmatan dunia. Tapi dilihat dari wajah dan irama bicara Steve Jobs, justru kebalikannya. Tidak ada penyesalan dan tidak ada kerugian dalam dirinya. Justru kebanggaan dan kejujuran diri menyatakan fakta yang terjadi. Kenapa seorang Steve Jobs bisa bertindak seperti itu?
Saya coba mencari data dan menganalisa. Di salahsatu kalimatnya, Steve memang mengatakan dia mempercayai Tuhan. Akan tetapi fokus tulisan ini bukan dari sisi rohani seorang Steve (bukan berarti saya tidak rohani). Kalau saya merangkai kalimat per kalimat dalam pidato tersebut, ternyata kunci utamanya adalah Steve melakukan apa yang dia cintai dan sukai. Dan yang dia sukai dan cintai itu (mungkin dahulu atau awalnya), dia tidak mengetahui bahwa itu akan bermanfaat untuk masyarakat banyak (dunia khususnya). Sebagai contoh, kita melihat bagaimana Apple menciptakan iPAD (sebagai salahsatu pelopor tablet) yang salahsatu kegunaannya adalah mengurangi penggunaan kertas dalam pencatatan/arsip. Dan pada akhirnya, produk ini adalah salah satu produk yang ramah akan lingkungan.
Dan ketika Apple berhasil menciptakan satu produk, Apple tidak ingin ‘tetap’ pada satu kepuasan. Itulah spirit yang akhirnya tumbuh pada perusahaan itu. Meski ditinggal seorang Steve Jobs, Apple tetap mengeksplor diri dan tetap berperan untuk perkembangan umat manusia. Mereka terus mencoba banyak penemuan-penemuan baru. Itu sebabnya tidak salah kalau ada orang yang menyebut,” Apple adalah Steve dan Steve adalah Apple.” Gajah mati meninggalkan Gading, harimau mati meninggal belang. Dan banyak orang tahu bahwa Steve telah meninggal dunia, tapi dia telah meninggalkan ‘sesuatu’ untuk dunia.
Bagaimana dengan masyarakat Indonesia ? Mari kita belajar akan hal itu. Belajar dari Seorang Steve.
Be a founder, Indonesia



Jika anda tertarik untuk mengikuti perkembangan studio kami dan ingin mendapatkan info-info terbaru dari kami, ikuti media sosial kami di bawah ini:

Twitter: RioDStudio
Instagram (Foto & Video): riodwisandybrandingstudio
Instagram (Desain): riodwisandydesignstudio

Comments